Pelaksanaan pelantikan pengurus OSIS baru periode 2010/2011 baru bisa terlaksana beberapa minggu yang lalau. Pelantikan ketua dan pengurus OSIS baru dilantik oleh Bapak Kepala Sekolah langsung pada 31 Januari 2011 bersamaan upacara hari Senin di halaman SMP Negeri 1 Purwodadi. Keterlambatan pelantikan ini disebabkan banyak faktor dan kegiatan yang ada di sekolah yang padat. Sehingga terjadi mundurnya kegiatan ini.
Pelantikan Ketua dan pengurus OSIS selalu didahului dengan selaksi dan seterusnya sampai pada kegiatan LDKS(Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa)yang diikuti semua pengurus OSIS terpilih dan MPK seluruh siswa kelas VII dan VIII.
Semua yang dilakukan sudah sepatutnya disyukuri bisa berjalan dengan lancar walaupun kegiatan ini terlambat. "Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. (zoomb 2011)
PENGUMUMAN SERTA PEMBERIAN HADIAH PORSENI SEKOLAH SISWA SMP NEGERI 1 PURWODADI AKHIR SMT GASAL 2010/2011
Senin, 10 Januari 2011 merupakan salah satu hari yang sangat mendebarkan bagi semua murid SMP Negeri 1 Purwodadi. Hari itu adalah hari pembagian hadiah hasil meeting class yang dilaksanakan selama tiga hari. Kompetisi yang dilombakan pada meeting class antara lain: lomba menyanyi, lomba adzan, lomba kebersihan dan keindahan kelas, serta lomba kaligrafi antar kelas. Hanya lomba basket yang dilakukan secara group. Kelas A, B , C, dan D satu group. Sedangkan regu kedua adalah kelas E, F, G, dan H. Hari itu bertepatan dengan hari pembagian raport yang sempat tertuda. Seharusnya, pembagian raport dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Januari 2011. Namun karena terdapat masalah, raport dibagikan pada hari Senin. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat menimba ilmu bagi siswa dan siswi SMP Negeri1 Puwodadi.
Senin,3 Januari2011 hari pertama masuk semester dua Bosda beasiswa untuk anak didik diterimakan kepada anak-anak yang kurang mampu dan mempunyai prestasi. Beasiswa ini disampaikan langsung oleh Kepala SMP NEGERI 1 Purwodadi, Bapak Drs.Djauhari, M.M. pada Upacara Bendera hari Senin. Sejumlah 83 anak telah memenuhi syarat untuk menerima bantuan tersebut.
“Baiklah, pada Lomba Cerdas Cermat tingkat Kecamatan kemarin SD kita menempati juara pertama. Dan yang mewakili sekolah kita adalah Ashilla Meila Saudah, Alicia Maya Nuraini, dan Vanya Layssya Lionny Putri pada lomba cerdas-cermat tingkat Kabupaten!” kata Pak Imam, kepala Sekolah kami saat Upacara bendera. Aku, Maya, dan Lionnny meloncat kegirangan, tepuk tangan dari teman-teman pun tak kunjung berhenti. Kami sudah menang pada LCC tingkat Kecamatan jadi, kami berhak maju ke tingkat Kabupaten. Tapi, karena lombanya tinggal seminggu, Bu Opy dan kami tak santai. Kami bekerja keras dan mengerjakan soal-soal tahun lalu yang telah di download Bu Opy dari internet. Sampai kami tak mengikuti pelajaran di kelas.
“Kak Lola, Ibu, Bapak!! Aku ikut lomba Cerdas Cermat tingkat Kabupaten!” teriakku memberi kabar saat aku tiba di rumah. “Shilla, jangan teriak-teriak!” kata kak Muham. “Kakak?!” kataku penuh tanya. Aku segera memeluk badan Kak Muham yang dingin itu, Kak Muham sudah kuliah, Ia kuliah di Yogyakarta. “Aku rindu sekali sama Kakak! Mana Kak Lola, Ibu, dan Bapak?” tanyaku pada Kak Muham. “Kakak juga. Kak Lola, Ibu, dan Bapak sedang pergi ke Jakarta menengok Bibi yang sedang sakit. Nah, maka dari itu, mereka menyuruh Kakak untuk menemanimu. Dan tenang saja, mereka sudah tau kalau kamu akan ikut lomba LCC, pihak Sekolah sudah menghubungi mereka!” kata Kak Muham panjang lebar. “Kenapa mereka tidak memberitahuku, Kak?” tanyaku pada Kak Muham. “Supaya kamu rajin belajar, dan konsentrasimu tidak terganggu karena kamu akan mengikui lomba LCC!” kata Kak Muham. Aku kembali bertanya “Kira-kira mereka pulang kapan, Kak?” tanyaku, “Kakak tidak tahu pastinya. Tapi kata Ibu mereka akan berada di Jakata sampai Bibi Endah diperbolehkkan untuk pulang ke rumah!” kata Kak Muham. Aku sangat kecewa terhadap Ibu, Bapak, dan Kak Lola. Aku segera menuju ke kamarku, meninggalkan Kak Muham tanppa se-patah kata, menutup pitu kamarku, dan membanting tubuhku ke kasurku yang empuk. Kak Muham mungkin sudah paham, jadi dia diam saja. Aku menangis tanpa suara, tak tahu apa yang akan terjadi nanti, Kak Lola yang baik, lembut, sabarlah yang biasanya menjadi guruku. Namun, sekarang pada moment yang terpenting Ia malah meninggalkanku.
Hari esok di sekolahku terasa sangat gelap, aku tidak semangat untuk belajar, bahkan berlatih. Bu Opy, Maya, dan Lionny terheran-heran padaku yang biasanya wajahku diselimuti oleh pelangi dan sekarang tertutup oleh awan mendung yang begitu tebal. “Ashilla, kenapa kamu sdih, nak?” tanya Bu Opy. “Hah, tidak apa-apa, Bu!” jawabku. “Jika tidak apa-apa, kenapa seorang Ashilla Kiranni Saudah yang biasanya begitu smart sekarang menjadi pendiam?” tanya Bu Opy lagi. “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya kecape’an!” kataku. “Ya sudah, sekarang istirahat dulu!” kata Bu Opy. “Ayo Shill, kita ke kantin!” kata Lionny. “Baiklah, ayo!” kataku. Maya segera memimpin jalan karena Ia paling doyan makan, Lionny di barisan kedua, dan aku yang terbelakang. Saat teman-temanku memakan nasi soto yang enak itu dengan super duper lahap, aku hanya memainkan sendok-sendok logam itu. Ooh, aku rindu padamu Kak Lola kataku dalam hati. “Kenapa nggak kamu makaan, Shill?” tanya Maya. “Enggak kenapa-napa. Tadi pas di rumah aku udah makan banyak, jadi sekarang udah kenyang” kataku berbohong.
Bu Guru, maafkan saya. Hari ini saya tidak masuk karenna saya sakit. Begitulah suratku yang aku titipkan ke Bu Opy lewat Didi, teman sekelasku yang rumahnya disampingku. Wajahku pucat pasi, kepalaku panas, badanku dingin. Kak Muham jadi khawatir denganku. Maka dari itu, Kak Muham mengantarkanku ke Puskesmas dan setelah dichek, ternyata aku harus di-Opname di rumah sakit. Pikiranku melayang sampai keliling dunia aku bingung “akankah teman-temanku dapat berhasil pad LCC? Dan apakah aku bisa ikut!?” aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku meminta Kak Muham agar membawakan soal-soal dari Bu Opy yang terletak di meja belajarku dan akan kupelajari selama aku di-opname di rumah sakit karena LCC tinggal empat hari lagi. Tak ku sangka Bu Opy dan teman-teman sekelasku menjengukku di rumah sakit. “Halo, Shilla?! Udah mulai membaik?” kata Bu Opy sambil memelukku, aku hanya mengangguk. “Shilla, maafkan Ibu harus berkata, jika kamu tidak kuat mengiuti LCC, jangan paksakan dirimu. Jika kamu benar-benar tidak bisa, Iyan akan menggantikanmu!” kata Bu Opy. Aku perpikir: aku ingin ikut LCC itu,tapi jika ragaku tak kuat? Aku tidak boleh memaksakanya, aku harus sembuh, aku harus sembuh. Aku harus belajar, aku harus belajar! Menyemangati diriku sendiri.
Ku baca satu demi satu buku yang dibawakan Kak Muham, kukerjakan satu-demi satu soal yang diberikan Bu Opy. LCC tinggal dua hari lagi, kurasa secara materi diriku sudah siap, tapi secara fisik aku belum siap. “Ya Allah, aku ingin cepat sembuh dari penyakitku ini, ku ingin bisa ikut LCC. Berikan aku kesembuhan, Ya Allah..” doaku sesudah shalat maghrib. “Shilla, gimana keadaanmu? Sudah mulai membaik?” tanya Kak Muham saat menjengukku. “Ya, Kak. Alhamdulillah..” jawabku. “Oh, ya. Tadi Ibu menelpon, Ibu, Bapak, dan Lola ingin kamu cepat sembuh da mereka juga ingin kamu cepat sembuh!” kata Kak Muham. “Aku juga ingin cepat sembuh, Kak!” kataku. “Baiklah, kita berdoa saja. Kakak juga inin kamu cepat sembuh. Sekarang Kakak harus mengantar Kak Udin ke Pulau seberang, yang tentu agak lama. Maaf kakak harus meninggalkanmu. Kakak sudah meminta Maya dan Lionny untuk menemanimu, sekali lagi cepat sembuh ya..” kata Kak Muham yang cerdas itu.
Lionny dan Maya sedah sampai. Di Rumah sakit sambil menemaniku mereka tak hanya diam, mereka berusaha merwatku dengan sebaik mungkin. Dan mereka tak lupa membawakan soal terakhir dari Bu Opy. “Shilla, kata Bu Opy ini soal terakhir untuk kita. Tapi, tugas kita belum selesai, kita harus membaca dan mempelajari kembali soal-soal yang lalu dan membaca buku-buku pelajaran!”, kata Lionny. “Baiklah, akan kukerjjakan. Terimakasih ya, Teman-teman. Kalian baik sekali!” kataku. “Sama-sama” katta Maya dan Lionny serempak sambil memeluk tubuhku. Kami memang tiga sekawan yang sangat kompak. Walau kami ada di Rumah sakit, kami tetap belajar, “Siapakah penemu telepon?” tanya Maya memberi soal. “Alexander Graham Bell!” kata Lionny. “Baiklah, soal selanjutnya adalah soal matematika mencongak, pertanyaanya adalah: 7+85+9765+1-887-987x2! Silahkan menjawab!” Kata Maya. Aku berpikir sejenak diangan-angan, “Jawabanya adalah 15.968!” Kataku. “Kau memang pintar, Shilla!” kata Lionny. “Terimakasih banyak teman-teman, semuaa itu berkat kalian!”, aku merendah. Kami berpelukan sebagai tanda kekompakan. “Baiklah, LCC tinggal lusa, Shill! Aku harap Kamu bisa datang, karena tanpamu kami adalah pasir yang tak berguna tanpa sement!” Lionny merendah. “Aggh, menurutku tidak, semua orang pasti berguna. Seperti katamu, pasir masih berguna tanpa sement. Ia dapat dijadikan sebagai alas aquarium!” kataku lagi.
Mentari mulai menampakkan sinarnya, menyinari seluruh isi bumi. Kondisiku tak kunjung membaik, Dokter belum memperbolehkanku pulang, Kak Muham kelihatan bingung, Ia berjalan mondar-mandir kesana dan kemari, Aku menjadi sedih melihatnya, “Kakak kenapa bingung? Kalau Kakak bingung memikrkanku, nggak usah bingung, Kak! Aku pasti sembuh dan bisa mengikuti LCC esok, aku akan membahagiakan semuanya, Kak!” kataku. “Shilla, terimaksih kamu telah menenangkan Kakak. Kakak memang bingung memikirkanmu, juga Lola, Ibu, dan juga Bapak. Sudah hampir satu minggu mereka belum pulang. Jika kamu sembuh benar esok, Kamu boleh mengikuti lomba itu, tapi kalau kamu belum sembuh, jangan ikut dulu ya.. Kakak tak ingin kesehatanmu memburuk!” Kata Kak Muham, Aku hanya mengangguk. Aku memang seang terkena penyakit demam berdarah. Kata dokter, Aku baru bisa pulang sekitar seminggu lagi, padahal besok lomba akan diadakan. Aku harus sembuh, aku harus bisa, aku harus bisa ikut lomba itu, aku harus bisa membahagiakan Kak Muham, Kak Lola, Ibu, Bapak, Bu Opy, Pak Imam, Sandy, Didi, Sannah, Ramdhi, Ino, Tiwi, dan teman-teman sekelasku yang lainya juga semua temanku di sekolahku yang indah itu. Kataku dalam hati. “Kriingg...., kriiinggg...” kudengar Hp Kak Muham berbunyi, Ku lihat Tak ada Kak Muham, Ku ambil Hp Nokia C3 milik Kakakku itu yang tergeletak di meja sampingku, dalam Hp itu terdapat tulisan “IBU”, ku angkat telpon itu,
“Halo, Assalamu’alaikum..”
“Oh, Ini Shilla ya?”
“Ya! Ibu, Kak Lola, dan bapak bagaimana kabarnya? Baik-baik saja kan? Aku hampir sembuh, Ibu!”
“Tentu nak. Nanti malam kita akan berangkat dari Jakarta, Bibimu sudah sembuh! Dimana Kak Muham”
“Alhamdulillah.. Aku tidak tahu, Bu.. Kak Muham ada dimana, kelihatanya Ia sedang membelikanku makanan!”
“Ya sudah. Sudah dulu ya, Ibu mau memesan tiket pesawat! Semoga kamu cepat sembuh! Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..”
Ternyata telpon itu dari Ibu. Kusampaikan pesan Ibu tadi saat Kak Muham datang, Ia kelihatan senang. “Kak, Aku ingin cepat sembuh. Huhuhu...” rengekku. “Berdoalah saja pada Allah ..” kata Kak Muham... Kuturuti perintah Kakakku itu, aku berdoa sepanjang waktu, harapanku sangat besar agar dapat sembuh.
Malam telah tiba. Ajaib, aku langsung sembuh total, bahkan Dokter sudah memperbolehkanku pulang. Aku senang sekali. Kak Muham segera mencari taxi unuk mengantarkanku pulang. Di rumah, aku langsung dijenguk oleh Didi, teman sekelasku. Dia berharap aku dapat mengikuti lomba esok. Katanya, Teman-teman sekelas sudah sangat rindu padaku. Sesudah Didi pulang, aku langsung menyetrika baju seragam merah-putihku, kali ini tak terlalu rapi, karena biasanya yang menyetrikakan bajuku adalah Kak Lola. Kak Muham segera memerintahku untuk istirahat, aku belum selesai menyetrika bajuku. Kata Kak Muham, Kak Muham yang akan menyelesaikanya. Kak Muham memang Kakak yang baik sekali.
Aku memang ingin membuat kejutan untuk teman-teman dan Bu Opy, aku sengaja tak memberi tahu mereka jika aku akan berangkat hari ini. Tadi malam, aku juga sudah bilang pada Didi agar tak bilang siapapun bahwa aku sudah pulang dari Rumah sakit. Aku meminta Kak Muham untuk mengantarkanku k tempat lomba. Lomba dimulai lima belas menit lagi. Semua wajah kelas lima SD negeri 1 Bahari tampak murung kecuali Iyan, Ia tampak senang karena dapat mengiuti lomba ini. Iyan memang agak sombong, Bu Opy kelihatan menangis, Lionny kelihatan sedih dan putus asa, sedangkan Maya berwajah bingung. “Shilla!” kata Maya sedikit berteriak. Semua menoleh padaku. Bu Opy, Maya, dan Lionny berlari kearahku. Mereka memelukku. “Oh, Shilla..., kamu adalah harapan Bu Opy satu-satunya. Iyan tak mungkin bisa sepertimu! Ibu yakin, nanti kamu akan menang!” kata Bu Opy penuh harapan. Andai saja, Kak Lola,Ibu, dan Bapak dapat melihat aksiku kali ini, ku yakin mereka akan bahagia, dan akupun juga lebih bahagia” kataku dalam hati. Wajah Iyan tampak murung, Ia merasankecewa karena tidak jadi mengikuti lomba. Tapi, apa boleh buat. Jika yang diikutkan pada lomba ini Iyan, otomatis bukan aku. SD-ku tidak akan menang, karena Iyan tidak terlalu pintar (bukanya aku sombong, tapi ini kenyataan). “Muhammad Alvian, maafkan Ibu. Kamu harus turun dari panggung lomba ini. Karena Shilla sudah datang. Dulu kan Ibu sudah bilang, kamu mengikuti lomba ini jika Shilla tidak dapat mengikutinya. Tapi, kalau Shilla bisa kamu tidak jadi ikut. Sekali lagi maafkan Ibu..” kata Bu Opy. “Huughh, Baiklah Bu!” kata Iyan sedikit menggerutu.
Lomba telah dimulai,semua berjalan dengan lancar, dan semua senang, karena SD-ku menang dalam lomba ini. SD-ku telah mengalahkan SD Bina Sosial. Kata Kak Lola. SD itu SD paling bagus se-kabupatenku. Tapi, pasda Lomba kali ini Sd-ku telah mengalahkanya. Aku, Maya, Lionny, Bu Opy, Pak Imam, dan teman-temanku yang lainya sangat senang, kami meloncat kegirangan. Ibu pernah menjanjikan, jika aku menang lomba tingkat kabupaten juara satu, aku akan diajak mengunjungi rumah Om Budi di Surabaya. Aku senang sekali, selama ini aku belum pernah mengunjungi rumah Om Budi. Kata Om Budi lewat telepon jika aku kesana aku akan diajak mengunjungi jembatan Suramadu yang terkenal itu, ah senangnya. “Shilla!” teriak Ibu. Aku menoleh ke belakang, aku senang bukan main. Ibu telah pulang. “Ibu, aku dapat juara satu, lo!”, kataku sambil memeluk Ibuku. “Maafkan Ibu tidak bisa menemanimu, Nak!Anak Ibu yang sangat pintar, cantik, dan sangat membanggakan” kata Ibuku membanggakanku. “Ibu ingat janji Ibu dulu kan? Jika aku menang dalam lomba ini, Ibu akan mengajakku ke rumah Om Budi! Ingat kan, Bu?”, Katakaku sangat bersemangat. “Tentu, Ibu ingat sayang... Lagi pula, saat ini Tante Irene sedang hamil delapan bulan, bagaimana kita ke Surabaya jika tante Irene sudah melahirkan?” kata Ibu. “Baiklah, Bu.. Tidak apa-apa.” Kataku lembut. Teng..., Teng..., Teng..., Hp Ibu berbunyi. Ibu segera mengangkatnya.
“Halo, assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumsalam..”
“Mbak sudah sampai rumah?”
“Oh, ini Titi?”
“Ya, Mbak. Maaf, aku nggak beri tahu ke Mbak kalau nomorku ganti!”
“Mbak sudah sampai, sekarang Mbak berada di Gedung tempat LCC yang diikuti keponakanmu. Oh ya, Shilla menang lo! Tapi, Lola dan Mas Ahmad belum sampai, aku memesan tiket lebh awal agar dapat menyaksikan aksi Shilla. Mungkin sekarang mereka masih menaiki pesawat Lion air yang mereka tumpangi!”
“Oh, aku turut bahagia, Mbak.. Maaf aku nggak bisa kesana. Udah dulu ya, Mbak? Titip salam buat Muham, Shilla, Lola, Mas Ahmad. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam...”
“Dari Bi Titi, Bu?”, tanyaku pada Ibu.
“Ya, dia titip salam buat kamu!” kata Ibu. “Baiklah, Bu.. aku terima salamnya!” kataku pada Ibu. Aku pulang bersama Ibu. Aku sudah ijin pada Bu Opy. Teman-temanku yang lainya pulang bersama rombongan tadi.
“Bagaimana, menang?”, tanya Kak Muham ketika aku dan Ibu memasuki pintu rumah kami. “Alhamdulillah, Kak. Menang!” ucapku memberi berita. “Adik kakak memang pintar. Seperti Kakaknya ini!” kata Kak Muham sedikit sombong. “Muham, nggak boleh sombong!”, Ibu menasihati Kak Muham. “Baiklah, Ibu. Tadi Muham hanya bercanda!”, Kak Muham mencari alasan. “Baiklah, Ibu maafkan. Kamu sudah makan sinang belum? Ini Ibu bawakan ayam oreng kesukaanmu. Tadi Ibu beli bersama adikmu saat di jalan. Ini ayam goreng Pak Parno yang terkenal itu! Sekarang makan! Ibu dan Shilla tadi sudah makan!” kata Ibu panjang lebar. “Bailah, Bu..”, Kak Muham menuruti perintah Ibu. “Assalamu’alaikum.. Mana Adikku? Menang atau klah?!” kata Kak Lola sambari membuka pintu dan meninggalkan kopernya di luar bersama Ayah. “Kakak! Jangan teriak-teriak. Mana Ayah?” Kataku menenangkan. “Oh, Itu Ayah diluar! Ayah!!!!!” panggil Kak Lola tak sabar. “Lola, jangan teriak-teriak! Kemari bantu Ayah, ini berat sekali!”, Ayah menasihati. Aku dan Kak Lola segera membantu Ayah mengangkat koper. “Ahh.., enaknya sudah kembali di rumah. Oh ya, Shilla, dimana Kakak dan Ibumu?”, Kata Ayahku yang sabar. “Mereka ada di belakang. Aku panggilkan dulu ya, Yah?”, tanyaku. Ku lihat Ayah menangguk. Aku segera menuju dapur dan memanggil Kak Muham serta Ibu dan mengajaknya ke ruang tamu utuk berkumpul bersama.
Kami saling berpeluk karena kami sangat bahagia. Sejak Kak Muham pergi kuliah di Jogja, kami jarang berkumpul bersama. Dan saat ini alhamdulillah kami dapat berkumpul bersama lagi. Kata Ayah, “kebahagiaan yang kita petik adalah buah yang kita tanam dahulu dengan bekerja keras dan terus bersabar, serta tidak sombong, selalu berbagi, dan ceria..”. Akan selalu ku ingat kata-kata mutiara Ayah itu sebagai pedoman hidupku. “I love you Ayah, Ibu, Kak Lola, Kak Muham...!!”
Guru diharap mempunyai personalisme,demi kemajuan peserta didiknya(Bangsa dan Negara).Dan menepaji janjinya dulu waktu di lantik.Guru adalah PAHLAWAN TANPA TANDA JASA.Perjuanganmu tiada henti untuk memajukan siswa-siswinya.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu guru.Ilmu yang kalian berikan sungguh berguna bagi kami semua.
Cinta,kasihmu,dan perhatianmu dalam membimbing kami seangat mulia.Terima kasih guru-guruku tercinta.
Pada saat ini sebutan “ PAHLAWAN TANPA TANDA JASA ”
Sudah tak zaman lagi, karena guru-guru zaman sekarang berbeda jauh dengan guru-guru zaman dahulu, guru sekarang tidak mau mengajar kalau tidak mendapat gajian bulanan. Sebutan guru saat kini menjadi “ “PAHLAWAN MULIA”. Tetapi guru tetap menjadi pahlawan pendidikan bagi kita. Karena berkat guru kita dapat membaca, menulis, dan berhitung dan mengajar kita tanpa kenal lelah. Guru berjuang mendidik kita agar menjadi penerus-penerus bangsa bagi Indonesia. Seperti Presiden, Presiden dibandingkan dengan guru tidak ada apa-apanya. Presiden tidak akan bias menjadi seperti raja Negara kalau tidak berkat guru yang telah mendidiknya.
I LOVE U MY TEACHER” kau adalah sang surya bagi kami yang telah berjuang mendidik anak-anakmu menjadi seperti berlian bangsa Indonesia,
Semoga berkat perjuanganmu kami menjadi anak-anak yang berguna…”! thank’s you very much my teacher.....
25 November tanggal dimana mereka diperingati. Tahun ini tanggalitu jatuh pada hari Kamis. Dengan tekun dan sabar mereka membuka cakrawala dunia yang berwarna-warni. Membawa sejuknya angin ilmu dari surga. Memancarkan sinar ilmu pengetahuan kepada para siswanya. Bak pelangi yang berwarna-warni, mereka temukan warna-warni karakter siswa mereka.
Berbagai cara dilakukan untuk memperingati hari PGRI penuh makna ini. Dari mulai upacara sampai lomba diadakan untuk memperingati hari PGRI tahun ini. Seperti halnya para guru SMP Negeri 1 Purwodadi. Setelah mengikuti upacara di alun-alun kota, mereka mengadakan tasyakuran sederhana untuk memperingti hari mereka.
Sebenarnya makna hari PGRI bukanlah hari dimana para guru dapat bersenang senang sepuasnya. Seharusnya para guru bercermin dari tindakan dan cara mereka dalam belajar. Sudahkah bisa mereka meluruskan dan menuntun para siswanya menuju jalan jalan yang lebih baik? Atau tak ada perubahan yang mengarah manuju kebaikan dari siswanya.
Tak hanya itu saja. Gelar “SANG PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” kini tak cocok mereka sandang. Mereka tidak akan mengajar apabila tak ada upahnya. Berbeda dengan para guru pada zaman dahulu. Tak memikirkan upah yang mereka dapat, mereka dengan tulus mengarahkan siswanya menjadi insan yang lebih baik. Bagi mereka, kesuksesan dan perubahan sikap para siswanya menjadi lebih baik adalah upah yang tak ternilai harganya.
Hari PGRI ke 65
Tanggal 25 November 2010 adalah hari PGRI yang ke- 65.Untuk memperingati hari jadinya semua guru Upacara bendera di Alun-Alun Purwodadi ,termasuk guru SMPN 1 Purwodadi.Maka dari itu sekolah diliburkan.Upacara dimulai jam 08.00 – 10.00 WIB.Setelah upacara selesai, semua guru di SMPN 1 Purwodadi merayakannya kembali disekolah dengan mengadakan acara sederhana.
Selama 65 tahun guru berjuang tak pernah lelah, selalu sabar dalam mengajar dan membimbing,membuka ilmu untuk para siswa,membuka dunia luar yang tersembunyi.Sekarang pahlawan tanpa tanda jasa sudah tak jaman lagi.
Walaupun guru bergelar “ PAHLAWAN TANPA TANDA JASA “ terdapat juga guru yang tidak cocok untuk menyandang gelar tersebut.Guru zaman sekarang dan guru zaman dahulu berbeda jauh.Guru zaman dahulu tidak pernah mengharapkan imbalan,dia sangat senang apabila muridnya pandai.Berbeda sekali dengan guru zaman sekarang,sekarang guru jika tidak ada imbalannya tidak mau bekerja dengan sungguh-sungguh mengajari muridnya.Tapi tidak semua guru zaman sekarang seperti itu,ada juga yang ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.
Namun tetap saja gurulah pahlawan.Dengan sabar mereka mengarahkan siswanya kejalan yang lebih cerah,dan memberi ilmu yang luas agar muridnya menjadi pandai dan berwawasan luas,dan guru akan senang apabila muridnya sukses.
Dairy Adinda
Dairy Adinda
Adinda kirana dewi adalah namanya. Panggilan akrabnya Dinda. Dia bersekolah di SD Negeri 3
Meskipun seringkali harus ditranfusi darah, bahkan diharuskan dirawat di rumah sakit. Adinda tidak memusingkan dirinya. Ia memiliki sengsat hidup,semangat juang yang sangat tinggi. Ia sangat optimis dalam hidupnya.
“Apa kau tak takut kalau ditransfusi,Din?” tanya Tania, sahabat dari Adinda. Tania sering cemas dengan keadaan Adinda. Sehingga dia selalu melindungi Adinda dari teman-temannya yang usil.
“Apa yang ditakutkan?” balik Adinda. Tania sangat kagum dengan ketegaran sahabatnya. Tak terkira sakitnya jika tak ada darah yang bisa ditransfusi untuk Adinda. Apalagi bila dilihatkan dengan jarum dia sangat takut. Tania berdoa agar sahabatnya tercinta tak apa-apa.
Dengan diarynya Adinda menulis semua kejadian yang dia alami hari ini. Adinda memang mempunyai kelemahan fisik tapi dia diberi kemampuan oleh Allah. Melalui jari-jemarinya dia menulis berbagai karya. Adinda mempunyai bakat yang amat besar. Saat Adinda disuruh ibu guru membacakan puisi, Adinda sangat menghayati apa yang ia baca. Semua terpaku dan terdiam saat Adinda membacakan puisi tersebut. Setelah selesai Adinda membacakan puisi tersebut semua se-isi kelas menepuk tangani. Setelah itu semua baru sadar bahwa tak ada yang mungkin oranr yang memiliki kelemahan , mempunyai kemampuan yang sangat besar.
Tet …..tet ….tet…. bel telah berbunyi tanda anak –anak pulang. Saat Adinda berjalan menuju depan pintu gerbang Tania memanggil “Dinda mu gak kalau aku ajak ke warung bakso Mang Udin. “Tan mau!” jawab Dinda. “Tan udara disini sejuk banget ya?” Tanya Dinda. “memang udara disini sejuk” jawab Tania.
Adinda mengeluarkan jurusnya,yaitu dairy kesayangannya. Adinda menulis puisi tentang ibu guru:
Pengorbanan Sang Guru
Kau bagai surya menerangi jalanku
Menerangiku di negeri yang masih buta
Untuk menempuh kehidupan baru di negeri
Untuk jalan yang lurus
Kakimu seperti baja
Menggayuh sepeda yang sudah tua
Hanya untuk murid-murid tersayang
Tak kenal lelah dan letih
Semua wawasanmu kau berikan padaku
Kau mengajariku yang tak bisa
Menulis ….
Membaca …
Kau bagai kupu-kupu menabur kebajikkan
Membangun semangat para murid-muridmu
Tak membedakan mana yang kaya dan miskin
Mengajari murid-murid dengan sabar
Semua baktimu kan ukir dalam hatiku
Ciri khasmu takku lupa
Yaitu senyummu yang manis
Di bibir yang sangat merah
Aku menjadi takut bila kau marah
Tapi kemarahanmu bukan untuk menakutiku
Melainkan untuk mengajariku disiplin
Sungguh besar pengorbananmu…
Tak terkira harganya jasamu…
Terima kasih guru…
Atas jasamu untukku…
Adinda menulis puisi ini untuk ibu guru yang telah membimbingnya. Berterima kasih kepada ibu guru. Hari ulang tahun guru dirayakan semua guru berkumpul untuk mengikuti upacara. Maka dari itu Adinda menulis puisi untuk ibu guru.
Setalah menulis diary,Adinda menuju Bundanya yang sedang menonton televisi. Bunda bertanya”Kelihatannya anak bunda yang cantik lagi seneng banget”. Adinda hanya tersenyum malu.”Ada apa anakku yang paling cantik di seluruh dunia kok kelihatannya riang sekali?” Tanya bunda. Adinda menceritakan semua kepada bundanya.
Adinda tidur di pangkuan bundanya” Bunda aku tidur dipangkuan bunda seperti di atas awan yang sangat halus dan melindungiku selama tidurku” kata Adinda.” Ada-ada saja kau Din”jawab bunda. “ Adinda tidur ya nak tidur yang nyenyak”kata bunda. Adinda terlihat tidurnya sangat nyenyak,bunda Adinda sih kasihan sama Adinda karena punya penyakit tak ada obatnya. Hanya cuci darah itu juga tergantung dari darah yang masih segar. Kalau tak ada pasti Adinda meraung kesakitan.
Adinda tidak melihatkan tanda-tanda yang aneh. Tetapi dalam tidurnya Adinda sangat nyenyak. Karena pagi Adinda dibawa ke rumah sakit oleh bundanya karena sakit panas. Setelah siang, Adinda kejang-kejang. Bundanya sangat takut karena Adinda kejang-kejang. Bunda Adinda sempat meneteskan air mata. Setelah dirawat insentif , apa yang terjadi nyawa Adinda tak tertolong.
Bunda Adinda menangis histeris dan saat itu juga Tania mendengar Adinda sudah tidak ada hati Tania sangat remuk ketika ditinggal sahabat dekatnya.
Sekarang yang hanya tertinggal hanya torehan karya Adinda dari jemari-jemarinya yang lembut. Kisah ini tak terlupa oleh semua teman di sekitarnya.
The End Syifa VII H
Syarat Prestasi
Aktivitas siswi di Perputakaan SMP Negeri 1 Purwodadi
Kantinku juga tak mau ketinggalan bersihnya
Reduce Karya siswa-siswi SMP Negeri 1 Purwodadi
Praja Muda Karana SMP Negeri 1 Purwodadi EmaNg HebaaaaaatH !
HUT ABRI Ke-65 di Purwodadi Grobogan
Action anak-anak SMP N1 jadi Wartawan Amatir Kecil
Puisi Kontemporer
Juara Dota
Ku bertatih-tatih untuk mencoba
Ku terus berusaha dan mencari masternya
Ku terus mencoba tapi tak semudah yang ku bayangkan
Ku semakin berfikir bagai mana cara untuk mendapatkannya
Salu ku coba tapi tak mampu dan tak bisa untuk menjadi yang terbaik
Ku cari di berbagai media, ku cari terus tapi mengapa sampai saat ini ku tak bisa
Hari terus bergantiku coba untuk berusaha dan ku tak dapat dan ku tak tau bagaimana, dan siapa yang bisa mengajariku
Tak ku sangka, kemarin ku temukan siapa menjadi problem dan pemecahan masalah
Dia adalah keki dan ku bertanya bagaimana cara untuk menjadi yang terhebat, tapi dia membisu seperti krupuk terkena air
Ku terus bertanya dan diapun masih seperti tadi
Akhirnya ku tak kuat untuk bertanya ku bagaikan burung yang tak bisa terbang ternyata dia bisu aku pun tak bisa untuk bertanya
Setelah hari itu ada sepucuk surat dari keki dan aku buka surat itu aku terasa ada celah atau ada harapan ku senang seperti danau dengan air dan pohon yang dapat mengisi keindahan danau
Nama : Zein Priyambada
Kelas : VIII b
Tanggal :12 Agustus 2009
Balada Pengamen tua
Kala sebaya sibuk menikmati sisa hidup
Sibuk siapkan irama sandungan
Langkah kaki yang tak pernah redup
Di tengah terik , debu, bahkan hujan
Berbekal kecekan tutub botol bekas sirup
Kau ayunkan di tangan yang telah keriput
Kerincing parau suara tua
Senandungkan lirik balada jawa
Ala koboi kesiangan berpora di bawah lampu merah
Topi kusam jaket lusuh dan sepatu berbeda seri
Beraksi disela-sela kendaraan mewah
Milik pribadi hanyalah harapan mimpi
Dendang lagu zaman tak kalah
Lantun lirik irama digubah
Sluku-sluku Bathok lagu daerah
Harapkan rupiah orang-orang bersedekah
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung mutho
Mak jenthiiit................
Tit ..tuit peluit pak polisi buyarkan konsentrasi
Langkah seribu mencari aman diri
Takut dibawa trantib masuk bui
Masuk masjid hilang harap sesuap nasi
Kali azdan berkumandang
Sempatkan waktu tunaikan kewajiban
Walau bersajadahkan koran
Sembah sujud penuh kekhusukan
Hanyalah secuil harapan dan impian
Warna hari demi hari tak akan terlupakan
Untuk melanjutkan waktu kemudian
Hari ini puasa besok harus makan
Oleh :
M. Khoirul Anam / VII G
SMP Negeri 1 Purwodadi
NIS : 15781